Kita sering menonton tayangan infotaiment tentang acara pernikahan para artis. Biasanya hal yang menarik dari pernikahan para artis adalah konsep acara, mas kawin, dan biaya yang dikeluarkan untuk melangsungkan pernikahan tersebut. Bukan hanya di kalangan para artis, umumnya manusia mempersiapkan dan melangsungkan pernikahannya dengan mengupayakan yang terbaik. Lalu bagaimana dalam kehidupan hewan?
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Perilaku kawin atau aktivitas berkembang biak berhubungan langsung dan sangat menentukan kelestarian hidup hewan. Sebagaian besar hewan mungkin tidak memiliki perilaku sadar akan reproduksi sebagai fungsi penting dalam kehidupan mereka, dan mereka tidak memiliki ketertarikan terus menerus terhadap anggota lawan jenisnya. Ini yang membedakan hewan dengan manusia yang dapat ‘sadar jatuh cinta’ sesering mungkin. Dalam kehidupan hewan, seringkali timbul kecendrungan untuk menganggap bahwa individu dari spesies yang sama sebagai pesaing yang mengancam dan harus dienyahkan. Coba banyangkan jika anda adalah individu hewan yang berbeda jenis, anda bukan saja dianggap sebagai pesaing, anda dapat dianggap sebagai musuh terbesar bagi hewan lain, dan anda terancam mati setiap saat. Hal terburuk lain adalah jika anda ingin melakukan pendekatan terhadap lawan jenis, anda bisa saja terbunuh dalam pertemuan yang anda anggap sebagai kencan pertama. Nightmare!
Beberapa spesies hewan menemukan pasangan potensialnya melalui serangkaian proses yang kompleks dan unik sebelum perkawinan terjadi. Proses ini dinamakan percumbuan. Nah, bukan hanya manusia yang dapat bercumbu, hewan juga dapat melakukannya namun percumbuan ala hewan ini dapat memakan waktu yang lama dan terkesan aneh. Perilaku kompleks dan unik ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasangan bercumbunya ini berasal dari spesies yang sama dan dari jenis kelamin yang berbeda (takutnya hewan waria kali ya?), bahwa keduanya berada dalam kondisi fisiologis yang benar dan tepat, tidak saling mengancam satu sama lain. Pada beberapa spesies, percumbuan juga memainkan peranan penting dalam memperbolehkan satu atau kedua jenis kelamin untuk memilih pasangan kawin dari beberapa calon. Ini semacam kontak jodoh dalam dunia hewan, tentunya tanpa presenter atau komentator.
Hewan betina pada sebagian spesies hewan sangat cerewet dalam memilih pejantannya. Hewan betina yang memilih pejantan dengan kualitas buruk dapat menjadi kesalahan sangat fatal. Hal ini dikarenakan sebagian besar spesies hewan betina memiliki investasi parental lebih banyak pada setiap keturunannya. Sebagai pembanding, pejantan dari sebagian besar spesies hewan cenderung mengawini betina sebanyak mungkin. Hewan jantan umumnya berkompetisi dengan hewan jantan lain untuk mendapatkan betina sebagai pasangan kawin, yaitu dengan membuat betina terkesan. Umumnya betina yang secara aktif memilih pasangan kawin yang potensial berdasarkan ciri spesifik jantan dan sumber daya dibawah pengawasannya. Proses ini disebut penilaian. Ada dua ultimat dalam penilaian yaitu memilih pasangan kawin yang tangkas sebagai bekal dalam proses pengasuhan anak dan kualitas genetik yang dapat disumbangkan oleh pasangan kawinnya. Seringkali sangat sulit untuk menentukan dasar-dasar penilaian hewan betina dalam percumbuannya.
Sebagian besar spesies perkawinan bersifat promiscuous, tidak ada ikatan hubungan yang kuat atau hubungan yang bertahan lama. Hubungan tersebut dapat bersifat poligami (poligini atau poliandri). Kebutuhan akan perkawinan merupakan suatu faktor ultimat penting dalam evolusi sistem perkawinan. Faktor lain yang mempengaruhi system perkawinan dan pengasuhan oleh orangtua (parental care) adalah kepastian akan bapak (paternitas). Pengasuhan anak oleh induk jantan hanya ditemukan 2 dari 28 (7%) keluarga ikan dan amfibi dengan fertilisasi internal, akan tetapi ditemukan 61 dari 89 (69%) keluarga dengan fertilisasi eksternal, sehingga hewan dengan fertilisasi eksternal cenderung lebih memilih pejantan yang tangkas. Kepastian paternitas dalam dunia hewan bukanlah disebabkan karena hewan menyadari faktor tersebut namun karena perilaku tersebut telah diperkuat dari generari ke generasi melalui seleksi alam.
Untuk lebih memahami perilaku kawin hewan, berikut ini adalah 19 fakta menarik ritual kawin hewan dalam mempertahankan kelestarian jenisnya di muka bumi.
- Antechinus coklat. Spesies tikus berkantung Antechinus stuartii memiliki pejantan yang secara harfiah hidup untuk sex. Selama musim kawin, ia meninggalkan segalanya hanya untuk sex dengan sebanyak mungkin betina yang bisa ia temukan. Tidak ada waktu untuk makan, minum dan sebagainya. Akibatnya, sebagian besar pejantan meninggal setelah musim kawin selesai.
- Burung Namdur. Namdur yang membuat sarang adalah Namdur jantan. Ia adalah tipe burung yang mencintai pasangannya dan melakukan apapun demi memuaskan sang pasangan. Modal utama Namdur jantan untuk memikat Namdur betina adalah dengan membuat sarang yang indah. Ia bersaing dengan sesama jantan yang juga memiki estetika tinggi demi memikat burung betina. Betinalah yang memiliki otoritas untuk memilih. Ketika seekor betina lebih suka pada konstruksi sarang yang dibangun jantan lainnya, maka burung tersebut tidak putus asa. Ia akan kembali membenahi sarangnya sehingga seekor betina terpesona dan memasuki sarang tersebut. Sarang tersebut adalah penanda yang menunjukkan batas ke dunia baru sebagai sebuah pasangan. Namdur adalah pencinta sejati yang menyiapkan segalanya untuk perkawinan dan bekerja keras untuk menemukan pasangan kawinnya.
- Burung Tern, burung jantan biasa (spesies yang sangat dekat kekerabatannya dengan burung camar), membawa ikan dan menunjukkannya ke pasangan kawin potensial sebagai bagian ritual kawin mereka. Seekor jantan memberikan ikan itu pada hewan betina untuk dimakan. Perilaku ini merupakan suatu indikkator proksimat yang baik akan kemampuan burung jantan untuk menyediakan makanan bagi anak-anaknya kelak.
- Cacing Pipih. Perilaku kawin yang dilakukan oleh beberapa spesies cacing pipih (hemafrodit), seperti Pseudobiceros hancockanus seperti “bermain anggar” dengan penis mereka yang berkepala dua dan berwarna putih. “Pemenang” anggar ini adalah organisme yang dapat membuahi dan penis yang kalah akan menyerap sperma melalui kulitnya serta menjadi induk betina.
- Earwig. Earwig adalah sejenis serangga tanah. Pejantan earwig umumnya memiliki dua penis. Individu dengan dua penis lebih mirip individu dengan dua tangan pada manusia. Mereka ada yang kidal dan ada yang kanan. Kidal dalam artian seks tentunya.
- Hyena. Sebagai bentuk persaingan kawin, hyena betina akan mengembangkan clitoris raksasanya. Seekor betina hyena dapat memiliki clitoris sepanjang 17 cm. Karena ukuran klitoris yang besar, maka saluran lahir hyena juga berada di dalam clitoris (berbeda dengan manusia yang berada di dalam vagina). Dengan kondisi seperti ini, sang hyena ibarat laki-laki yang melahirkan lewat lubang penis. Pintu masuk sangat kecil sehingga pejantan hyena terpaksa harus berlatih berbulan-bulan untuk berhasil memasukkan penisnya kedalam clitoris betina.
- Ikan Cichlid. Seperti halnya ritual kawin bonobo, ritual kawin ikan cichlid juga dapat membuat iri manusia. Ikan Cichlid hanya dapat berkembang biak lewat oral sex. Begini, betina ikan cichlid memiliki kebiasaan membawa telurnya di dalam mulut kemanapun ia pergi. Telur ini belum dibuahi, sehingga tidak akan menjadi anak. Untungnya, sebagian pejantan memiliki penis yang tersembunyi dalam lingkaran berwarna putih di bawah perutnya, sehingga dalam penglihatan betina, ia akan seperti telurnya yang tercecer saat ia membawanya kemana-mana. Sang betina segera mendekati pejantan dan penisnya, lalu menghisapnya dengan harapan telur yang tercecer tersebut masuk kembali dalam mulutnya untuk dibawa. Sperma yang masuk ke dalam mulut betina kemudian membuahi telur-telur yang sudah ada sebelumnya di dalam mulut betina.
- Ikan Pemancing. Ikan pemancing adalah jenis ikan yang hidup di laut dalam. Mereka memiliki antena pemancar cahaya di atas kepala untuk memancing mangsa. Pada saat tua, seluruhsistem pencernaan jantan akan mati akibatnya pejantan harus menjadi parasit atau mati. Saat betina muncul, pejantan tua ini akan menempel pada tubuh betina dan selamanya hidup sebagai beban bagi hidup sang betina. Setiap saat betina memiliki telur yang siap di buahi, sang pejantan tua cukup melepaskan spermanya tanpa susah payah melakukan pedekate.
- Ikan Stickleback sirip tiga. Hewan jantan bersifat sangat territorial yaitu mempertahankan daerah dimana mereka telah membuat sarang. Jika seekor betina gravid (membawa telur) mendekat, perutnya yang membengkak itu akan memicu gerak ikan jantan yang agresif dan hewan jantan menstimulasi dengan berenang zig-zag. Pikatan ikan jantan tersebut akan menggoda ikan betina untuk berenang mendekati ikan jantan, yang akhirnya menstimulasi ikan jantan untuk berenang ke sarang dan menempelkan mocong hidungnya ke sarang tersebut. Tindakan ini menstimulasi betina ikut masuk ke dalam lubang. Kemudian jantan mendorong ekor betina dengan gerakan yang menggetarkan. Wow! Betina bertelur di dalam sarang dan selanjutnya berenang keluar sarang. Ikan jantan kemudian akan masuk ke dalam sarang dan melepaskan spermanya diatas telur dan segera secara agresif mengusir betina keluar dari wilayah tersebut, sepertinya perut betina yang tidak membengkak lagi akan menghambat keagresifan ikan jantan.
- Kadal ekor cambuk. Kadal ekor cambuk adalah spesies yang tidak memiliki pejantan. Akibatnya, perilaku kawin mereka adalah “pseudokopulator uniseksual partenogenetik” atau bahasa awamnya : lesbian. Dalam ritual kawinnnya, betina yang telurnya belum matang menindih betina yang telurnya telah matang. Betina ini melepaskan zat kimia yang akan membuahi sel telur betina yang ditindih.
- Kepinding. Kepinding atau kutu kasur melakukan ritual kwin yang termasuk paling mengerikan. Mereka mempraktekkan apa yang disebut ilmuan sebagai inseminasi traumatis. Singkatnya, jantan akan menusukkan penisnya ke sembarang tempat di perut betinanya. Serangga memiliki banyak lubang hidung di perut mereka, karenanya hal ini ibarat memasukkan penis kedalam lubang hidung betinanya.
- Kuda Nil. Ritual kawin kuda nil dapat dipandang sangat aneh bagi manusia. Saat bertemu betina, pejantan akan mengambil posisi yang dapat dilihat dengan mudah oleh betina. Setelah itu, pejantan akan buang air (BAB dan BAK) sekaligus. Untuk lebih menarik birahi sang betina, pejantan akan memutar ekornya seperti kipas untuk mengirimkan aroma kotorannya kepada sang betina.
- Lalat Menari. Lalat ini umumnya ditemukan di aliran dan pinggiran danau. Disebut lalat menari karena serangga jantan ini terbang ke atas dan ke bawah dalam kerumunan. Lalat menari memakan serangga lain atau nectar tumbuhan. Hewan jantan beberapa spesies membawa balon sutra yang mereka bawa sambil berkerumun. Pada beberapa spesies, balon itu adalah kantong kosong, sementara pada spesies lain berisi potongan-potongan mangsa serangga lain atau petal bunga. Seekor betina akan memilih seekor jantan dari kerumunan tersebut dan menerima balon dari hewan jantan pilihannya, dan pasangan tersebut akan terbang menjauh lalu kawin.
- Landak. Ritual kawin landak melibatkan sisi ekstrim dari ritual kawin kuda nil. Jika kuda nil menyiram betina hanya dengan aroma air seninya, landak benar-benar mengencingi betinanya. Untuk dapat menarik hati si betina, jantan memandikan betina dengan air seninya. Lebih hebat lagi, jantan menyirami betina dengan air seni yang dilepaskan dengan sangat deras. Pancaran air seni jantan landak dapat mencapai 2 meter. Bila dibandingkan dengan manusia, ini setara dengan seorang pria yang memancarkan air kencing sejauh 35 meter.
- Lintah pisang. Terbalik dengan situasi hyena, rata-rata lintah pisang (banana slug) memiliki ukuran penis sama dengan panjang tubuhnya. Karenanya pejantan perlu menemukan betina yang ukurannya sama. Rekor lintah pisang mencatat pejantan dengan penis lima kali ukuran panjang tubuhnya. Wow!
- Monyet Bonobo. Istilah ritual kawin pada monyet bonobo sebenarnya meragukan. Hal ini disebabkan karena kawin bagi monyet kerabat simpanse itu justru adalah ritual, bukannya ritual untuk kawin. Perilaku kawin monyet bonobo dapat dikatakan impian setiap orang hedonis. Sex digunakan untuk saling berkenalan, metode memecahkan konflik dan untuk merayakan bila makanan ditemukan. Bonobo juga satu-satunya spesies yang melakukan hubungan sex secara berhadapan selain manusia. Mereka juga memiliki populasi lesbian dan gay yang substansial, termasuk pula populasi incest.
- Nuri Jambul Putih. Burung nuri adalah satu dari sedikit spesies yang melakukan ciuman selain manusia saat bercinta. Sebelum kawin, mereka saling berciuman dengan paruh mereka, dan melakukan tarian lidah. Namun, berbeda dengan manusia, puncak ritual ciuman pada burung nuri sangat menurunkan nafsu jika dilakukan oleh manusia. Puncak ciuman pada nuri adalah muntah. Ya, pejantan akan muntah di dalam mulut betinanya.
- Siput. Siput adalah hewan hermafrodit, yang artinya memiliki dua kelamin sekaligus. Jadi, seekor siput adalah jantan sekaligus betina. Walau begitu, seekor siput tidak dapat mengawini dirinya sendiri. Berbeda dengan cacing pipih yang melakukan satu pembuahan dalam sekali kawin, siput melakukan keduanya. Ritual kawin siput dapat dibayangkan seperti dua orang ksatria yang saling menusukkan pedang dalam pertarungan. Pedang ini disebut “love dart” oleh ahli biologi. Pasca kawin, kedua siput hamil dan siap bertelur.
- Ular Garter Sisi Merah. Ular garter adalah penggemar pesta seks. Saat musim kawin, adegan yang terjadi mirip dengan di film Anacondas. Mereka berkumpul hingga dapat mencapai 30 ribu ekor. Proporsi betina dan jantan sangat tidak setara. Ada 100 jantan untuk setiap 1 betina. 100 jantan ini akan menyerang betina dan membentuk bola karena saling lilit kesana kemari. Untuk menghindari persaingan yang sangat ketat, kadang pejantan yang terlambat meniru betina dengan melepaskan feromon betina. Hal ini membuat pejantan yang sedang berebut betina teralih perhatiannya dan menuju ke betina palsu. Betina palsu dengan cepat mendekati bola dan mencoba masuk ke dalam bola yang sudah longgar untuk dapat mengawini betina yang aslihttp://www.faktailmiah.com/2011/03/13/perilaku-kawin-hewan-merupakan-ritual-kompleks-dan-unik.html
0 komentar:
Posting Komentar